VAR menjadi topik perdebatan yang sering muncul dalam dunia sepak bola. UEFA berharap dapat mengurangi ketegangan untuk Euro 2024 dengan menggunakan bola resmi turnamen, memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan bagi para wasit. UEFA akan memperkenalkan teknologi terhubung ke dalam bola Adidas Fussballliebe (yang berarti ‘cinta sepak bola’) untuk Euro 2024 guna meningkatkan akurasi keputusan VAR semi otomatis terkait offside. Selain itu, bola Euro 2024 ini juga akan memberikan data pelacakan tambahan untuk para pemain.
Bola resmi Euro 2024 yang diproduksi oleh Adidas mengandung teknologi mutakhir yang akan membantu mengurangi waktu yang dibutuhkan wasit VAR untuk membuat keputusan offside. Selama beberapa musim terakhir, keputusan offside di Premier League telah menimbulkan waktu yang menyiksa bagi VAR untuk menyelesaikan penilaiannya. Untungnya, dengan teknologi di Fussballliebe, hal tersebut tidak akan terjadi dalam Euro 2024.
DAMPAK VAR PADA SEPAK BOLA
Pengenalan VAR pada Piala Dunia 2018 telah membawa dampak besar pada sepak bola. Meskipun bertujuan untuk meningkatkan akurasi keputusan, VAR masih menimbulkan kontroversi karena beberapa keputusan yang tidak konsisten. Salah satu masalah utamanya adalah sifat subjektif dari interpretasi, terutama terlihat dalam aturan handball. Aturan ini telah mengalami perubahan dalam beberapa musim terakhir untuk mencoba membuat keputusan lebih konsisten.
Kehadiran VAR juga membuat ketidakpastian bagi para suporter di stadion, karena sulit untuk mengetahui apa yang sedang diputuskan oleh wasit VAR. Oleh karena itu, ada permintaan untuk lebih jelas dalam berkomunikasi kepada para pendukung selama pertandingan. IFAB, badan pengatur sepak bola, telah memutuskan untuk memungkinkan wasit menjelaskan keputusan VAR kepada para suporter langsung di stadion. Langkah ini akan diperkenalkan di Premier League pada musim 2024/2025 mendatang.
BAGAIMANA VAR DIGUNAKAN DI EURO 2020?
Pada Euro 2020, penggunaan VAR dan penilaian wasit menjadi hal yang signifikan, dengan para wasit terlihat memberikan ruang lebih pada jalannya pertandingan sambil jumlah pelanggaran menurun dibandingkan Euro 2016. Statistik yang dirilis oleh UEFA menunjukkan bagaimana penilaian pada babak grup turnamen tersebut berubah. Terdapat lebih sedikit kartu kuning dibandingkan turnamen sebelumnya, yakni 98 dibandingkan dengan 129.
Roberto Rosetti, kepala wasit UEFA, berargumen bahwa cara VAR beroperasi dalam Euro 2020 adalah bagaimana seharusnya bekerja, sebagai bantuan bagi wasit, bukan sebagai wasit tambahan. Rosetti mengatakan pada saat itu: “Tujuannya adalah untuk intervensi pada kesalahan yang jelas dan nyata – intervensi minimum untuk manfaat maksimum. Kita perlu menemukan keseimbangan yang tepat dalam hubungannya dengan intervensi VAR karena target kita adalah untuk tetap menjaga sepak bola seperti ini.”
VAR menjadi lebih sedikit mengganggu dalam Euro 2020, dan sebagai hasilnya, begitu juga para wasit. Hal ini didukung oleh kesiapan para wasit untuk membiarkan setiap pertandingan berjalan. Pemain yang terjatuh dengan mudah dipersilakan untuk bangkit, dan tuntutan mereka untuk mendapatkan tendangan bebas murah sia-sia. UEFA berharap bahwa penilaian dalam Euro 2024 akan sama positifnya.
Berikut adalah beberapa keputusan VAR selama Euro 2020:
- Total Keputusan VAR adalah 18, dengan rata-rata satu perubahan pada setiap 2.83 pertandingan.
- Lima gol dihasilkan setelah intervensi VAR, enam penalti diberikan (dengan empat di antaranya gagal), tiga gol dianulir karena offside, dan satu gol dianulir karena handball.
- Selain itu, dua kartu merah diberikan setelah intervensi VAR.
APAKAH VAR AKAN BERBEDA DI EURO 2024?
Teknologi yang sama yang digunakan FIFA dalam Piala Dunia 2022 juga digunakan dalam bola Adidas Al Rihla. Salah satu contoh penggunaannya adalah ketika teknologi tersebut berhasil membuktikan bahwa Cristiano Ronaldo tidak menyentuh bola sama sekali untuk gol pembuka Portugal melawan Uruguay.
Sistem offside semi-otomatis memiliki potensi untuk meningkatkan VAR, dan jika teknologi tersebut sekali lagi membuktikan keefektifannya dalam turnamen besar lainnya, tidak mengherankan jika Premier League mengimplementasikannya di masa depan. Serie A adalah satu-satunya liga besar yang menggunakan teknologi semi-otomatis, tetapi dengan perbedaan sedikit yaitu tidak menggunakan bola berchip dan menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu mendeteksi titik kontak bola untuk keputusan offside. Sistem yang sama juga digunakan dalam Liga Champions UEFA. La Liga telah mengonfirmasi rencananya untuk menggunakan teknologi tersebut mulai musim 2024/2025.
Offside semi-otomatis menggunakan beberapa kamera di atap stadion untuk melacak 22 pemain di lapangan dan memetakan posisi mereka. Ini berarti wasit VAR tidak perlu secara manual menggambar garis untuk keputusan offside. Selain itu, ada sensor di bola Adidas yang merekam data 500 kali per detik untuk mendeteksi kapan bola telah dipukul oleh seorang pemain. Teknologi ini bertujuan untuk lebih cepat, lebih akurat, dan menyediakan gambaran 3D dari keputusan tersebut. Dengan menyediakan grafik 3D, keputusan yang diambil oleh wasit menjadi lebih jelas bagi penonton di rumah maupun yang hadir di stadion, sehingga mengurangi kebingungan di tribun.
EKSPETASI SUPORTER
VAR tidak hanya memengaruhi jalannya pertandingan dan hasilnya tetapi juga membentuk harapan dan emosi para suporter. Banyak yang mengharapkan bahwa dengan VAR, pertandingan akan lebih adil, dan kesalahan utama wasit akan diminimalkan. Hal ini dapat membantu meningkatkan kepercayaan terhadap kualitas dan keadilan dalam kompetisi. Namun, sangat penting bahwa teknologi ini diterapkan dengan bijaksana dan transparan untuk menghindari reaksi negatif dari penonton akibat penundaan berlebihan dan kebingungan yang terkait dengan penggunaannya.
●●●
Kunjungi halaman blog kami untuk membaca berita SEPAK BOLA dan informasi pasaran taruhan
Selalu menjadi yang terdepan dalam mendapatkan informasi seputar olahraga dan bursa taruhan
